Halaman
187
Bab XI. Perjuangan Bangsa Indonesia Merebut Irian Barat
PERJUANGAN BANGSA
INDONESIA MEREBUT IRIAN
BARAT
PETA KONSEP
BAB
XI
Kekuasaan, penjajahan, penindasan, pertikaian, perdamaian, keamanan,
keter-tiban, kebebasan, kemakmuran, dan kesejahteraan.
KAKA
KAKA
KA
TT
TT
T
A KUNCIA KUNCI
A KUNCIA KUNCI
A KUNCI
PERJUANGAN MEREBUT
IRIAN BARAT
PEMBENTUKAN TRIKORA DAN KOMANDO
MANDALA PEMBEBASAN IRIAN BARAT
STRATEGI PEMERINTAH
REPUBLIK INDONESIA
MENGALAMI KEGAGALAN
DIPLOMASI BILATERAL
DIPLOMASI MULTILATERAL
Setelah mempelajari Bab ini, siswa diharapkan memiliki
kemampuan untuk menjelaskan latar belakang, rangkaian
proses dan hasil perjuangan bangsa Indonesia merebut Irian
Barat sebagai bagian menjaga keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
189
Bab XI. Perjuangan Bangsa Indonesia Merebut Irian Barat
karena itu, pihak RIS menuntut agar masalah Irian Barat dirumuskan secara jelas
pada bagian akhir dari isi KMB. Artinya, status Irian Barat sebagai sebuah sengketa
(dispute) harus disebutkan secara eksplisit.
Akhirnya, mengenai Irian Barat ini dirumuskan dalam rancangan Piagam
Penyerahan Kedaulatan Pasal 2 yang isinya di antaranya menyebutkan bahwa:
Mengingat kebutuhan pihak-pihak yang bersangkutan hendak mempertahankan
asas supaya semua perselisihan yang mungkin timbul di kemudian hari harus
diselesaikan dengan jalan patut dan rukun, maka status quo Karisidenan Irian Barat
(West Nieuw Guinea) tetap berlaku seraya ditentukan bahwa dalam waktu setahun
sesudah tanggal penyerahan kedaulatan kepada RIS masalah kedudukan
kenegaraan Irian Barat akan diselesaikan dengan jalan perundingan antara RIS
dengan Belanda.
Setelah KMB kemudian diadakan perundingan secara langsung mengenai
Irian Barat oleh kerajaan Belanda dengan RIS dalam hubungan Uni Indonesia
Belanda. Dalam perundingan yang diselenggarakan tanggal 25 Maret sampai
dengan 1 April 1950 di Jakarta, kedua delegasi sepakat membentuk Komisi
Gabungan. Pada bulan Agustus Komisi tersebut membuat laporan, tetapi laporannya
terpisah. Wakil-wakil Belanda membuat laporannya sendiri, demikian pula dari RIS
membuat laporannya sendiri yang berbeda. Jelasnya kedua laporan tersebut belum
memberikan perkembangan baru terhadap penyelesaian Irian Barat.
Sementara itu Menteri Urusan Uni dan Seberang lautan Belanda, Mr. van
Maarseveen menyatakan bahwa setelah satu tahun dari penyerahan kedaulatan
kepada RIS, West Niew Guinea (Irian Barat) harus tetap di bawah Belanda. Ia
berdalih bahwa pendapat tersebut didasarkan pada kepentingan rakyat Irian Barat
sendiri.
Tanggal 4 Desember 1950 diadakan perundingan kembali di Den Haag. RI
menawarkan konsesi-konsesi yang sangat luas kepada Belanda, asal Irian Barat
diserahkan kepada Indonesia. Usulan pemerintah Indonesia tidak diterima oleh
pemerintah Belanda. Penolakan Belanda didasarkan pada alasan bahwa Belanda
merasa bertanggungjawab untuk memajukan rakyat Irian Barat dan rakyat Irian
Barat akan menentukan pilihannya sendiri. Sebaliknya, alasan pemerintah Belanda
tidak dapat diterima oleh delegasi Indonesia.
Mengingat tidak ada kesepakatan antara kedua belah pihak, kemudian Belanda
mengusulkan agar masalah Irian Barat diserahkan saja kepada Mahkamah
Internasional di Den Haag. Dengan demikian, status Irian Barat akan ditentukan
oleh lembaga internasional tersebut. Usulan tersebut ditolak pihak Indonesia karena
dipandang bukan jalan terbaik bagi Indonesia.
Dalam keadaan sengketa yang demikian itu, pemerintah Belanda, dengan
persetujuan parlemen telah memasukkan Irian Barat ke wilayah Kerajaan Belanda.
Pemasukan itu dengan cara merubah Hindia Belanda (Nederlands Indie) menjadi
Nederlands West Niew Guinea. Pemerintah Indonesia mencoba untuk menjajagi
kemungkinan pemecahan masalah itu, namun Belanda tidak mau menempuh
kompromi. Ini terbukti dengan adanya pernyataan Pemerintah Belanda di muka
191
Bab XI. Perjuangan Bangsa Indonesia Merebut Irian Barat
dapat berhasil. Meskipun akhirnya diketahui bahwa perundingan di Jenewa ternyata
tidak menghasilkan titik temu yang diharapkan. Meskipun demikian bagi Indonesia
adalah suatu kemajuan, karena dunia internasional mengetahui dengan jelas,
bahwa antara Indonesia dengan belanda masih ada ganjalan masalah Irian Barat.
Dengan kegagalan perundingan di Jenewa, maka pada Sidang Umum PBB
ke-11 tahun 1956, diajukanlah lagi rancangan resolusi oleh 15 negara Asia-Afrika.
Tetapi rancangan resolusi inipun akhirnya gagal, karena memperoleh dukungan
suara kurang dari 2/3. Kegagalan itu merupakan bukti bahwa diplomasi Belanda
untuk menentang resolusi tersebut sangat baik.
Pada tahun 1956, hubungan diplomatik dan politik antara Indonesia dengan
Belanda semakin panas. Selanjutnya pihak Indonesia melakukan politik konfrontasi
di bidang politik dan ekonomi. Kalau pada tahun 1953, pihak Indonesia telah
menghapus Misi Militer Belanda sebagai reaksi terhadap sikap keras Belanda yang
tidak mau mengadakan perundingan dengan Indonesia, maka pada tanggal 15
Februari 1956 Indonesia telah memutuskan secara sepihak hubungan Uni Indone-
sia Belanda. Kemudian disusul dengan pembatalan secara sepihak keseluruhan
persetujuan KMB pada tanggal 2 Maret 1956.
Pada Sidang Umum PBB ke-12 tahun 1957, diulangi lagi rancangan resolusi
mengenai Irian Barat. Kali ini yang mengajukan 21 negara. Rancangan yang
diajukan hampir sama, ditambah meminta kepada Ketua Umum PBB untuk menjadi
perantara. Indonesia terus melakukan pendekatan-pendekatan untuk memperoleh
dukungan terhadap rancangan resolusinya itu. Tetapi pada akhirnya pada
pemungutan resmi, suara duapertiga tetap belum bisa diperoleh, yang berarti bahwa
rancangan resolusi itu gagal kembali.
Demikianlah, setelah mengalami kegagalan berkali-kali, maka Indonesia
berpendapat bahwa jalan yang ditempuh melalui PBB bukan jalan yang
menguntungkan. Sejak itu Indonesia menyatakan bahwa Indonesia tidak akan
membawa persoalan Irian Barat ke Sidang Umum PBB lagi, dan akan mencari
jalan lain yang lebih tepat.
Dengan sikap tegas Indonesia itu, maka pada Sidang Umum PBB ke-13 tahun
1958 tidak ada pembicaraan lagi tentang Irian Barat. Selanjutnya Indonesia
berpendirian bahwa pada dasarnya pengembalian Irian Barat tergantung pada
kekuatan nasional bangsa Indonesia sendiri. Sejak itulah dimulai penggalangan
kekuatan nasional yang kemudian menjadi “Politik Konfrontasi Pembebasan Irian
Barat”. Untuk menggalang kekuatan nasional dalam rangka konfontrasi itu, maka
pemerintah membentuk Front Nasional Pembebasan Irian Barat. Perusahaan-
perusahaan Belanda dikuasai oleh pemerintah Indonesia, dan kekuatan militer di
sekitar Irian Barat mulai diperkuat.
Sementara itu, di Indonesia telah terjadi pergantian UUD, ialah dari UUDS
1950 kembali ke UUD 1945 melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Ini berarti kekuasaan
pemerintahan ada di tangan Presiden, yang dapat menentukan keputusan politik
dengan cepat.
Atas tindakan Indonesia yang tegas, Belanda mengimbangi dengan rencana
193
Bab XI. Perjuangan Bangsa Indonesia Merebut Irian Barat
pengintegrasian segenap potensi kekuatan nasional guna membebaskan Irian Barat.
Dalam rapatnya tanggal 14 Desember 1961, DEPERTAN membentuk
Komando Tertinggi Pembebasan Irian Barat (KOTI PEMIRBAR). Panglima KOTI
dijabat oleh Presiden Sukarno dan dibantu oleh ketiga Staf
Angkatan: Darat, Laut, dan Udara. Dalam pidato di muka rapat
akbar atau raksasa di Yogyakarta, pada tanggal 19 Desember
1961 Presiden Sukarno dalam rangka perjuangan
pembebasan Irian Barat mencanangkan suatu komando, yang
dikenal sebagai Tri Komando Rakyat (Trikora).
Sesudah itu dibentuklah Komando Mandala Pembebasan
Irian Barat dipimpin oleh Mayor Jendral Suharto. Mulailah
dilakukan operasi infiltrasi masuk ke daratan Irian Barat melalui
laut dan udara.
Pasukan Indonesia dan para sukarelawan dalam
rombongan kecil masuk Irian Barat melalui laut dengan
menggunakan perahu. Sampai bulan Agustus 1962 sudah
banyak yang menyusup dan mengadakan persiapan untuk
melakukan penyerangan yang menentukan.
Operasi infiltrasi penerjunan dari udara merupakan
kegiatan yang benar-benar heroik dan patriotik. Bayangkan,
kemungkinan antara hidup dan mati bagi yang diterjunkan di
hutan belantara Irian Barat adalah 50: 50. Jadi kemungkinan
resiko untuk gugur sangatlah besar. Pembebasan Irian Barat
merupakan pengorbanan yang luar biasa bagi para putra-
putri Indonesia.
Kehadiran para sukarelawan Indonesia di bumi Irian Barat mendatangkan
tekanan kepada pemerintah Belanda. Oleh karena itu, pemerintah
Belanda setuju menyerahkan Irian Barat kepada Republik Indonesia
secara bertahap. Untuk menyusun proses penyerahan, perlu
dilaksanakan perjanjian di New York, Amerika Serikat yang
direncanakan pada tanggal 15 Agustus 1962.
Sebenarnya pemerintah Republik Indonesia sudah menyiapkan
Operasi Jaya Wijaya untuk menyerbu Irian Barat secara besar-
besaran, seandainya Belanda tidak mau menyerahkan Irian Barat
dengan cepat dan baik-baik. Sukurlah, keadaan berjalan dengan damai,
sehingga operasi Jaya Wijaya tidak sampai dilakukan. Sebab jika hal
ini terjadi, maka akan memakan korban yang tidak sedikit, baik dari
pihak Belanda maupun dari pihak Indonesia.
Rencana Operasi Jaya Wijaya merupakan suatu rencana yang
menyeluruh dan terpadu. Seandainya tidak terjadi perundingan New
York, maka akan terjadi pertempuran besar-besaran di Irian Barat sesuai dengan
Gambar 11.5
Komodor Jos Sudarso
Gambar 11.3
Pemberangkatan Pasukan Ke Irian Barat
Gambar 11.4
Para Sukarelawan Trikora
195
Bab XI. Perjuangan Bangsa Indonesia Merebut Irian Barat
EVALUASI
A. Pilihlah salah satu jawaban yang kamu anggap paling tepat
1. Perjuangan merebut kembali Irian Barat didasarkan pada prinsip bahwa:
a. Kekuasaan Belanda atas Irian Barat merupakan praktik kolonisasi
b. Irian Barat merupakan bagian wilayah NKRI
c. Wilayah NKRI mencakup seluruh bekas jajahan Hindia Belanda
d. Kolonisasi harus dihapuskan dari muka bumi
2. Indonesia selalu berusaha menyelesaikan masalah Irian Barat secara damai
seperti perundingan Den Haag yang diselenggarkan pada tanggal:
a. 25 Maret 1950
b. 1 April 1950
c. 10 Agustus 1950
d. 4 Desember 1950.
3. Belanda selalu menolak usulan Indonesia untuk menyelesaikan masalah
Irian Barat dengan berbagai alasan, kecuali:
Pembebasan Irian Barat merupakan salah satu kewajiban dan tugas
bangsa dan pemerintah Indonesia. Pembebasan Irian Barat berarti ikut
melenyapkan kolonialisme dari muka bumi. Dengan demikian, kehidupan
yang demokratis berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan dapat diwujudkan.
Perjuangan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia telah melalui
berbagai tahapan, yaitu diplomasi bilateral dengan Belanda, diplomasi mul-
tilateral melalui PBB, dan tahapan konfrontasi.
Dalam pidato di muka rapat akbar atau raksasa di Yogyakarta, pada
tanggal 19 Desember 1961 Presiden Sukarno dalam rangka perjuangan
pembebasan Irian Barat mencanangkan suatu komando, yang dikenal
sebagai Tri Komando Rakyat (Trikora).
Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, maka akhirnya pada
tanggal 31 Desember 1962 sang Merah Putih berkibar secara resmi di Irian
Barat, berdampingan dengan bendera PBB. Sejak itu pula bendera Belanda
diturunkan secara resmi.
Selanjutnya mulai tanggal 31 Mei 1963, bendera PBB tidak lagi
mendampingi bendera Republik Indonesia. Dan kita semua mengetahui,
akhirnya pada tahun 1969 diadakan pernyataan pendapat rakyat (Pepera)
yang sifatnya urusan internal dalam negeri Indonesia. Dengan demikian,
maka masalah Irian Barat telah secara final terselesaikan secara tuntas.
RANGKUMAN
197
Bab XI. Perjuangan Bangsa Indonesia Merebut Irian Barat
membanggakan, setelah diadakan perjanjian antara Indonesia dan Belanda
di:
a. New York
b. Den Haag
c. Jakarta
d. Camberra
B. Isilah titik-titik dengan jawaban yang tepat
1. Kapal Perang Indonesia yang tenggelam di Laut Aru ketika bertugas
membebaskan Irian Barat adalah.................................
2. Berdasarkan hasil KMB, masalah Irian Barat akan dibicarakan dalam ........
tahun setelah penyerahan kedaulatan kepada RIS.
3. Dalam rangka pembebasan Irian Barat, pada tanggal 19 Desember 1961
Presiden Soekarno membentuk ........................................................
4. Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) guna menentukan nasib Irian Barat
dilaksanakan pada tanggal .................................................
5. Komodor Jos Sudarso gugur sebagai kusuma bangsa dalam melaksanakan
tugas untuk membebaskan Irian Barat di ................................................
C. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut secara singkat
1. Sebutkan 3 (tiga) alasan yang mendorong Belanda selalu menolak untuk
menyelesaikan masalah Irian Barat secara damai!
2. Sebutkan 3 (tiga) perjuangan secara damai yang dilakukan pemerintah
Indonesia dalam rangka menyelesaikan masalah Irian Barat!
3. Sebutkan isi Tri Komando Rakyat yang dikeluarkan Presiden Soekarno pada
tanggal 19 Desember 1961!
4. Bagaimanakah pendapatmu tentang peranan PBB dalam ikut
menyelesaikan masalah Irian Barat? Jelaskan jawabanmu!
5. Apakah yang kamu ketahui tentang Pepera?